Penerapan Model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, Berbobot) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Datar Peserta Didik Kelas V MI Al Hikmah (PMT-24



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini dituntut untuk serba cepat, teknologi serba canggih dan arus informasi pun berjalan sangat cepat. Berbagai kemudahan bisa diperoleh masyarakat secara cepat melalui fasilitas tekhnologi. Kita akan dengan mudah mengetahui berbagai informasi dibelahan dunia dalam waktu sekejap. Salah satu fasilitas untuk membuka dunia itu antara lain internet, dengan internet kita bisa mengakses informasi dengan mudah dan cepat.
Kebebasan untuk mengakses segala informasi tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda saat ini dan mendatang. Kompetisi akan semakin ketat dan berat untuk bisa tetap bertahan dan sukses  menghadapi tantangan dunia global ini. Oleh karena itu generasi muda harus dibekali kemampuan untuk bisa kreatif, kompetitif dan kooperatif, oleh sebab itu dunia pendidikan memegang peranan penting untuk membekali generasi muda dengan ketiga hal tersebut.
Paradigma pendidikan juga harus berubah sesuai dengan tuntutan zaman dari yang semula hanya “mengajari” sekarang  harus berubah dan harus banyak mendorong anak didik untuk “belajar”. Oleh sebab itu guru terus dituntut untuk meningkatkan jam mengajarnya terutama pada pelajaran matematika baik dari jenjang SD, SMP, SMA maupun yang lainnya. Tetapi pada kenyataanya hampir semua peserta didik menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit, menjenuhkan dan membosankan, matematika penuh dengan angka dan hitung-hitungan yang rumit sehingga membuat kepala pusing.
Ketakutan dan kebencian peserta didik itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari peserta didik maupun pendidik. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut perlu diadakan pembenahan terhadap peserta didik maupun pendidik, apabila pendidik bisa meningkatkan minat belajar dan memotivasi peserta didik terhadap pelajaran matematika sedikit banyak masalah tersebut diatas bisa segera diatasi. Seorang peserta didik meski memiliki semangat yang tinggi dan kemauan untuk belajar yang kuat pasti tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian sehingga tunas ini harus di pelihara secara terus menerus. Perkara ini tidak mungkin dilalaikan oleh guru yang selalu memompa semangat pada diri peserta didiknya melalui:1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu daan mencari ilmu, 2. Membuat peserta didik merasa membutuhkan ilmu[1].
Pada umumnya pembelajaran matematika disekolah hanya mentransfer ilmu dari guru ke peserta didiknya dalam wujud yang sistematis dan bahkan juga banyak yang hanya terprogram untuk menghafal rumusnya saja tanpa harus memahami makna dan fungsi soal tersebut baik dalam pelajaran dikelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Jika hanya terpaku pada menghafal rumus saja maka penalaran matematika peserta didik kurang berkembang, padahal penalaran matematika itu sangat penting untuk digunakan dalam penyelesaian matematika maupun non matematika.

Pembelajaran matematika di Indonesia ini masih bersifat Behavioristik dengan menekankan pada transfer pengetahuan dan latihan guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan[2], selain itu para penganut behavioristik berpendapat bahwa si pembelajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengajar terhadap pengetahuan yang dimiliki[3]. Di dalam kelas guru hanya menyampaikan secara edukatif, guru menyampaikan contoh, peserta didik bersifat pasif. Waktu peserta didik lebih banyak digunakan untuk mendengarkan penjelasan guru dan mencatat yang selanjutnya guru memberi latihan (soal) dengan tujuan untuk  lebih memahami konsep yang baru saja disampaikan dan peserta didik mengerjakan latihan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan matematika dianggap sebagai pelajaran yang membosankan, menyeramkan bahkan menakutkan.
Dari sini kemudian lahir filsafat konstruktivisme yang merupakan gagasan dari Piaget dan Vygotsky yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentuk kognitif melalui kegiatan seseorang[4]. Filsafat kontruktivisme akan membuat sifat lebih aktif dalam pembelajaran karena peserta didik harus aktif mengkonstruksi terus menerus dari konsep ke konsep yang lebih rinci, didalam kelas konstruktivis para peserta didik diberdayakan oleh pengetahuan yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan yang lainnya, berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah. Filsafat ini juga beranggapan matematika atau pengetahuan sendiri dibangun berdasarkan pengalaman orang itu sendiri untuk mengkonstruksikannya[5], sedangkan pembelajaran konstrusktivisme adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif belajar memahami dan membangun pengetahuan matematika berdasar pengalaman peserta didik itu sendiri[6].
Banyak sekali pembelajaran yang bisa guru terapkan dalam proses pembelajaran matematika, model pembelajaran yang digunakan tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan, kondisi peserta didik, dan lingkungan sekitar. Seorang guru harus mempunyai kompetensi, baik kompetensi pribadi, kompetensi profesional, maupun kompetensi sosial kemasyarakat, dan juga (menurut Howard, 1986) seorang guru sebaiknya mempunyai rasa ingin tahu, apa mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya[7]. Dalam kompetensi profesional seorang guru dituntut untuk menguasai dan memahami psikologi pendidikan, materi pelajaran, program pembelajaran dan sebagainya. Ketika guru memahami materi pelajaran secara utuh maka dalam kegiatan belajar dan mengajar matematika guru tidak hanya terpaku dengan satu cara penyelesaian saja, tetapi bisa dilakukan dengan bermacam cara penyelesaian.
Jika minat belajar peserta didik tinggi, model pembelajaran variatif, menyenangkan, menggairahkan, dan bisa menstimulus kreatifitas peserta didik, maka peserta didik yang kreatif akan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah. Jika kepekaan terhadap masalah semakin tinggi, maka akan semakin besar peluangnya untuk dapat menemukan cara mengatasi masalah, dan kelancaran berpikir juga akan semakin tinggi. Jika kreatifitas tinggi, maka akan menghasilkan banyak ide dan gagasan, serta akan muncul lagi caa-cara penyelesaian soal-soal matematika. Adapun pembelajaran yang memberikan kebebasan berfikir kepada peserta didik diantaranya adalah model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, dan Berbobot).
Pembelajaran model PAIKEM GEMBROT  adalah suatu proses dimana lingkungan belajar peserta didik secara sengaja dikelola agar lebih meningkatkan pola belajar peserta didik[8]. Proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh peserta didik baik didalam maupun diluar kelas, dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik mereka diharapkan mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya secara baik dan bijak. Dengan intensitas belajar yang tinggi dan berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama peserta didik dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain meski terdapat perbedaan pendapat tetapi akan menumbuhkan sikap demokratis. Dalam kehidupan sehari-hari prestasi sangat diperlukan dan merupakan tolak ukur kesuksesan seseorang menempuh jenjang pendidikan.
Bangun datar dipilih sebagai materi dikarenakan materi bangun datar termasuk materi yang harus dipahami mendalam oleh peserta didik, karena materi ini termasuk materi yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian dilakukan di MI Al Hikmah karena di MI Al Hikmah prestasi belajar matematika masih rendah hal ini sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika selain itu juga ditunjang dengan catatan hasil nilai pelajaran matematika kelas V yang guru matematika tunjukkan kepada peneliti, padahal pelajaran matematika merupakan pelajaran yang akan diujikan dalam ujian akhir nasional. Alasan berikutnya karena adanya kesan negatif bahwa pelajaran matematika itu sulit dan membosankan. Selama ini pihak guru di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu guru menerangkan, peserta didik mendengarkan, mencatat, mengerjakan soal latihan dan lain-lain, sehingga menyebabkan peserta didik kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar matematika.



[1]  Muhammad Abdulloh Ad Duweisy. Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh. ( Surabaya: la Raiba Bima Amanta, 2006) hal 20-22
[2] Rohmad, Tinjauan Filsafat dan Psikologi Konstruktivisme, (dalam www.Rohmad-Unnes.Blogspot.com), hal. 1 diakses tanggal 5 maret 2011
[3] Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius(anggota IKAPI) , 2007) Hal 22
[4] Ibid, hal 23
[5] Rohmad, Tijauan......., hal. 3
[6] Ibid., hal. 3
[7] Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi konsep, karakteristi, implementasi dan inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal 114
[8] Iif Khoiru Ahmadi, dkk. PAIKEM GEMBROT mengembangkan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Sebuah analisis teoritis, konseptual dan praktis). 2011. Jakarta: PT Prestasi Pustakakarya
Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan